Social Items


Cengkeh di Pulau Kabung
Sumber foto : Dokumentasi Pribadi
Pulau Kabung adalah salah satu Pulau yang terletak dilaut Natuna. Pulau Kabung merupakan bagian dari Desa Karimunting, Dusun Tanjung Gundul, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang.

Pulau Kabung dibagi menjadi 4 bagian dengan 5 RT yaitu, Kabung Utara 1 RT, Kabung Timur 2 RT, Kabung Selatan 1 RT dan Kabung Barat 1 RT.

Menurut cerita yang berkembang dimasyarakat banyak versi mengenai asal-usul kata “kabung” pada Pulau Kabung. Sebagian masyarakat meyakini bahwa kata “kabung” pada Pulau Kabung berarti gabung. Menurut cerita Pak Tahang warga Kabung Barat bahwa jaman dahulu seluruh Kerajaan Sambas berkumpul dan bergabung di Pulau Kabung untuk melawan penjajahan. Namun ada sebagian masyarakat pula yang meyakini bahwa kata “kabung” pada Pulau Kabung adalah gabung/menyatu. Menurut Pak Syamsuri, Pulau Kabung jika dilihat dari 3 sisi, yaitu, sisi timur, sisi barat/selatan daya dan utara, Pulau Kabung akan terlihat sama atau menyatu, oleh karena itu Pulau tersebut dinamakan Pulau Kabung.

Pulau Kabung dihuni oleh mayoritas suku Bugis, khususnya Kabung selatan dan Kabung barat. Namun menurut cerita masyarakat sekitar, suku Bugis adalah generasi ketiga yang menduduki Pulau Kabung, dahulu suku Bugis di pekerjakan oleh orang-orang China/Tionghua “jelas Pak Tejo”. Pulau Kabung pertama kali dihuni suku Melayu Sambas, hal ini diperkuat dengan adanya makam orang Sambas di atas bukit yang dikeramatkan dan dijaga oleh masyarakat sekitar. Generasi kedua penduduk Pulau Kabung adalah orang-orang China/Tionghua, namun itu tidak berlangsung lama, karena kemudian orang-orang China/Tionghua pergi meninggalkan Pulau Kabung dengan berbagai alasan yang tidak diketahui.

Pulau Kabung dikenal sebagai pulau seribu bagan, hal ini dikarenakan dahulu penduduk Pulau Kabung memiliki bagan, bahkan hampir setiap penduduk di Pulau Kabung memiliki lebih dari satu bagan. Namun saat ini tidak semua penduduk di Pulau Kabung memiliki bagan, dikarenakan bahan baku pembuat bagan sangat sulit didapat. Bahan baku pembuat bagan adalah kayu nibung yang diperoleh dari daerah Kubu. Saat ini hanya penduduk Pulau Kabung bagian selatan dan barat saja yang masih memiliki bagan.

Selain bagan penduduk di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat juga memiliki kebun cengkeh, bahkan hampir seluruh penduduk di Pulau Kabung barat dan Kabung selatan memiliki kebun cengkeh. Karna memang berkebun cengkeh ini dijadikan pekerjaan alternatif setelah hasil tangkapan dibagan sedang tidak baik dikarenakan cuaca buruk dan sebagainya.

Berkebun cengkeh bukan hanya pekerjaan alternatif semata, namun perkerjaan alternatif yang sangat menjanjikan, pasalnya harga cengkeh sangat tinggi, 1 kg cengkeh basah dihargai sekitar Rp.25.000-Rp.30.000. Sedangkan untuk cengkeh kering harganya dapat mencapai Rp.150.000/kg.

Pemilik kebun cengkeh di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat punya cara tersendiri untuk menandai pohon cengkeh miliknya, biasanya pemilik kebun mewarnai pohon cengkeh miliknya dengan warna yang berbeda dengan pohon cengkeh milik orang lain. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari perebutan lahan maupun pohon cengkeh antara pemilik lahan yang bersebelahan.

Sejarah perkebunan cengkeh di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat dimulai dari didatangkannya bibit cengkeh dari Pulau Lemukutan sekitar 30-40 tahun yang lalu “ kata Bu Sahirah”. Saat ini pembudidayaan bibit cengkeh dilakukan oleh Pak Kemuk warga kabung barat. Harga bibit cengkeh sekitar Rp.10.000 untuk saat ini.

Di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat terdapat 2 jenis pohon cengkeh yaitu cengkeh hutan dan cengkeh zanzibar. Cengkeh hutan buahnya berwarna merah kekuningan, sedangkan cengkeh zanzibar buahnya berwarna merah. Selain itu perbedaan antara keduanya yaitu, pohon cengkeh hutan berbentuk seperti gunung, runcing ke atas, sedangkan cengkeh zanzibar pohonnya seperti tabung.

Pohon cengkeh dapat dipanen setelah berusia 5 tahun, warga setempat menyebutnya belajar berbuah, karna memang pada usia tersebut pohon cengkeh baru berbuah dan dapat dipanen, oleh karena itu pohon cengkeh pada usia tersebut sudah mulai dipanen meskipun belum berbuah secara maksimal.

Panen raya kebun cengkeh di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat terjadi pada bulan desember hingga januari. Saat panen raya tiba, pemilik kebun maupun pekerja yang berada diluar Pulau Kabung datang memadati Pulau Kabung, khususnya Pulau Kabung bagian barat dan selatan. Pekerja pemanen kebun cengkeh di Pulau Kabung barat dan Kabung selatan pada umumnya adalah pekerja tetap, yang artinya pekerja tersebutlah yang memanen kebun cengkeh dari dulu hingga saat ini.
Cengkeh di Pulau Kabung
Sumber foto : Dokumentasi Pribadi
Untuk memanen cengkeh, pekerja di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat menggunakan pengait, koncong dan tangga. Pengait berfungsi untuk menarik buah cengkeh yang berada jauh dari jangkauan, lalu koncong berfungsi untuk menyimpan buah cengkeh yang sudah dipetik, sedangkan tangga digunakan untuk memanjat pohon cengkeh, namun ada sebagian pekerja yang tidak menggunakan tangga untuk memanjat pohon cengkeh. Tangga digunakan dalam memanen cengkeh karena dahan dari pohon cengkeh sangat rapuh dan dapat membahayakan keselamatan pemanen cengkeh.

Pemanenan kebun cengkeh di butuhkan banyak pekerja, karna dalam 1 kebun cengkeh terdapat ratusan pohon cengkeh. Selain daripada itu dalam memanen 1 pohon cengkeh dibutuhkan waktu lebih dari sehari jika pohonnya berbuah secara maksimal. Pohon cengkeh yang berusia lebih dari 10 tahun dapat menghasilkan 10kg cengkeh kering per pohonnya saat panen raya tiba.

Pemanenan pohon cengkeh harus dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman dan profesional, jika tidak, besar kemungkinannya pohon cengkeh tidak bisa berbuah lagi akibat kesalahan pemetikan. Pemetikan cengkeh harus pada tangkai muda hingga 2 baris daun, hal tersebut dimaksudkan agar ranting dapat tumbuh kembali ”jelas Pak Syamsuri”.

Pekerja yang memanen kebun cengkeh di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat semua konsumsinya di tanggung oleh pemilik kebun, pemanen cengkeh hanya bertugas memetik buah cengkeh saja, kemudian ditimbang dalam keadaan basah oleh pemilik kebun, upah pekerja pemetik cengkeh berkisar Rp.8000 – Rp.10.000/kg.

Cengkeh yang sudah di petik, di pisahkan antara tangkai dan buahnya, kemudian dijemur hingga kering. Pengeringan cengkeh di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat dilakukan dengan cara cengkeh di hamparkan di atas terpal dan di jemur di bawah terik matahari langsung, kemudian dibolak-balik agar keringnya merata, proses pengeringan di anggap selesai apabila warna cengkeh sudah menjadi kecoklatan dan mudah dipatahkan. Untuk mendapatkan cengkeh yang benar-benar kering di butuhkan waktu minimal 3 hari panas total. Jika tidak, maka di butuhkan waktu minimal seminggu untuk mendapatkan cengkeh yang diinginkan.

Pengolahan Tanaman Cengkeh di Pulau Kabung


Cengkeh di Pulau Kabung
Sumber foto : Dokumentasi Pribadi
Pulau Kabung adalah salah satu Pulau yang terletak dilaut Natuna. Pulau Kabung merupakan bagian dari Desa Karimunting, Dusun Tanjung Gundul, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang.

Pulau Kabung dibagi menjadi 4 bagian dengan 5 RT yaitu, Kabung Utara 1 RT, Kabung Timur 2 RT, Kabung Selatan 1 RT dan Kabung Barat 1 RT.

Menurut cerita yang berkembang dimasyarakat banyak versi mengenai asal-usul kata “kabung” pada Pulau Kabung. Sebagian masyarakat meyakini bahwa kata “kabung” pada Pulau Kabung berarti gabung. Menurut cerita Pak Tahang warga Kabung Barat bahwa jaman dahulu seluruh Kerajaan Sambas berkumpul dan bergabung di Pulau Kabung untuk melawan penjajahan. Namun ada sebagian masyarakat pula yang meyakini bahwa kata “kabung” pada Pulau Kabung adalah gabung/menyatu. Menurut Pak Syamsuri, Pulau Kabung jika dilihat dari 3 sisi, yaitu, sisi timur, sisi barat/selatan daya dan utara, Pulau Kabung akan terlihat sama atau menyatu, oleh karena itu Pulau tersebut dinamakan Pulau Kabung.

Pulau Kabung dihuni oleh mayoritas suku Bugis, khususnya Kabung selatan dan Kabung barat. Namun menurut cerita masyarakat sekitar, suku Bugis adalah generasi ketiga yang menduduki Pulau Kabung, dahulu suku Bugis di pekerjakan oleh orang-orang China/Tionghua “jelas Pak Tejo”. Pulau Kabung pertama kali dihuni suku Melayu Sambas, hal ini diperkuat dengan adanya makam orang Sambas di atas bukit yang dikeramatkan dan dijaga oleh masyarakat sekitar. Generasi kedua penduduk Pulau Kabung adalah orang-orang China/Tionghua, namun itu tidak berlangsung lama, karena kemudian orang-orang China/Tionghua pergi meninggalkan Pulau Kabung dengan berbagai alasan yang tidak diketahui.

Pulau Kabung dikenal sebagai pulau seribu bagan, hal ini dikarenakan dahulu penduduk Pulau Kabung memiliki bagan, bahkan hampir setiap penduduk di Pulau Kabung memiliki lebih dari satu bagan. Namun saat ini tidak semua penduduk di Pulau Kabung memiliki bagan, dikarenakan bahan baku pembuat bagan sangat sulit didapat. Bahan baku pembuat bagan adalah kayu nibung yang diperoleh dari daerah Kubu. Saat ini hanya penduduk Pulau Kabung bagian selatan dan barat saja yang masih memiliki bagan.

Selain bagan penduduk di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat juga memiliki kebun cengkeh, bahkan hampir seluruh penduduk di Pulau Kabung barat dan Kabung selatan memiliki kebun cengkeh. Karna memang berkebun cengkeh ini dijadikan pekerjaan alternatif setelah hasil tangkapan dibagan sedang tidak baik dikarenakan cuaca buruk dan sebagainya.

Berkebun cengkeh bukan hanya pekerjaan alternatif semata, namun perkerjaan alternatif yang sangat menjanjikan, pasalnya harga cengkeh sangat tinggi, 1 kg cengkeh basah dihargai sekitar Rp.25.000-Rp.30.000. Sedangkan untuk cengkeh kering harganya dapat mencapai Rp.150.000/kg.

Pemilik kebun cengkeh di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat punya cara tersendiri untuk menandai pohon cengkeh miliknya, biasanya pemilik kebun mewarnai pohon cengkeh miliknya dengan warna yang berbeda dengan pohon cengkeh milik orang lain. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari perebutan lahan maupun pohon cengkeh antara pemilik lahan yang bersebelahan.

Sejarah perkebunan cengkeh di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat dimulai dari didatangkannya bibit cengkeh dari Pulau Lemukutan sekitar 30-40 tahun yang lalu “ kata Bu Sahirah”. Saat ini pembudidayaan bibit cengkeh dilakukan oleh Pak Kemuk warga kabung barat. Harga bibit cengkeh sekitar Rp.10.000 untuk saat ini.

Di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat terdapat 2 jenis pohon cengkeh yaitu cengkeh hutan dan cengkeh zanzibar. Cengkeh hutan buahnya berwarna merah kekuningan, sedangkan cengkeh zanzibar buahnya berwarna merah. Selain itu perbedaan antara keduanya yaitu, pohon cengkeh hutan berbentuk seperti gunung, runcing ke atas, sedangkan cengkeh zanzibar pohonnya seperti tabung.

Pohon cengkeh dapat dipanen setelah berusia 5 tahun, warga setempat menyebutnya belajar berbuah, karna memang pada usia tersebut pohon cengkeh baru berbuah dan dapat dipanen, oleh karena itu pohon cengkeh pada usia tersebut sudah mulai dipanen meskipun belum berbuah secara maksimal.

Panen raya kebun cengkeh di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat terjadi pada bulan desember hingga januari. Saat panen raya tiba, pemilik kebun maupun pekerja yang berada diluar Pulau Kabung datang memadati Pulau Kabung, khususnya Pulau Kabung bagian barat dan selatan. Pekerja pemanen kebun cengkeh di Pulau Kabung barat dan Kabung selatan pada umumnya adalah pekerja tetap, yang artinya pekerja tersebutlah yang memanen kebun cengkeh dari dulu hingga saat ini.
Cengkeh di Pulau Kabung
Sumber foto : Dokumentasi Pribadi
Untuk memanen cengkeh, pekerja di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat menggunakan pengait, koncong dan tangga. Pengait berfungsi untuk menarik buah cengkeh yang berada jauh dari jangkauan, lalu koncong berfungsi untuk menyimpan buah cengkeh yang sudah dipetik, sedangkan tangga digunakan untuk memanjat pohon cengkeh, namun ada sebagian pekerja yang tidak menggunakan tangga untuk memanjat pohon cengkeh. Tangga digunakan dalam memanen cengkeh karena dahan dari pohon cengkeh sangat rapuh dan dapat membahayakan keselamatan pemanen cengkeh.

Pemanenan kebun cengkeh di butuhkan banyak pekerja, karna dalam 1 kebun cengkeh terdapat ratusan pohon cengkeh. Selain daripada itu dalam memanen 1 pohon cengkeh dibutuhkan waktu lebih dari sehari jika pohonnya berbuah secara maksimal. Pohon cengkeh yang berusia lebih dari 10 tahun dapat menghasilkan 10kg cengkeh kering per pohonnya saat panen raya tiba.

Pemanenan pohon cengkeh harus dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman dan profesional, jika tidak, besar kemungkinannya pohon cengkeh tidak bisa berbuah lagi akibat kesalahan pemetikan. Pemetikan cengkeh harus pada tangkai muda hingga 2 baris daun, hal tersebut dimaksudkan agar ranting dapat tumbuh kembali ”jelas Pak Syamsuri”.

Pekerja yang memanen kebun cengkeh di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat semua konsumsinya di tanggung oleh pemilik kebun, pemanen cengkeh hanya bertugas memetik buah cengkeh saja, kemudian ditimbang dalam keadaan basah oleh pemilik kebun, upah pekerja pemetik cengkeh berkisar Rp.8000 – Rp.10.000/kg.

Cengkeh yang sudah di petik, di pisahkan antara tangkai dan buahnya, kemudian dijemur hingga kering. Pengeringan cengkeh di Pulau Kabung selatan dan Kabung barat dilakukan dengan cara cengkeh di hamparkan di atas terpal dan di jemur di bawah terik matahari langsung, kemudian dibolak-balik agar keringnya merata, proses pengeringan di anggap selesai apabila warna cengkeh sudah menjadi kecoklatan dan mudah dipatahkan. Untuk mendapatkan cengkeh yang benar-benar kering di butuhkan waktu minimal 3 hari panas total. Jika tidak, maka di butuhkan waktu minimal seminggu untuk mendapatkan cengkeh yang diinginkan.

2 komentar:

  1. Cara mau ke pulau kabung gimana mas Agus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya beserta rombongan waktu itu menyeberang lewat Pantai Samudera Indah (Singkawang)dengan menggunakan perahu kecil Mas Ahmad..dan biaya per-orangnya tidak sampai Rp.20rb..

      Hapus