Social Items

Setiap anak terlahir membawa doa dan harapan dari orangtuanya, dan cita-cita menjadi salah satu alasan kenapa seorang anak mau terus berjuang dalam menghadapi kerasnya kehidupan yang mungkin belum seharusnya ia rasakan. 

Kehidupan yang keras bukan hanya dirasakan anak-anak kurang mampu di Ibu Kota saja, namun hal serupa juga terjadi di daerah perbatasan yang belum mendapatkan uluran tangan dari pemerintah secara utuh. 
Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan
Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan (Sumber gambar : auto2000.co.id)
Entikong, sebagai daerah terdepan Indonesia sering mengirimkan cerita-cerita perjuangan masyarakatnya yang terkadang menyayat hati, dimana mereka harus memilih antara mendahulukan masa depan atau “perut yang kenyang”. 

Meskipun beberapa tahun terakhir pemerintah mulai membangun daerah perbatasan, namun belum semuanya bisa mendapatkan dan merasakan fasilitas yang layak, masih ada beberapa daerah yang terpaksa harus bertahan dalam kekurangan, terutama mengenai sarana dan prasarana kesehatan. 

Ibarat pepatah “Enggang Sama Enggang, Mana Nak Sama Dengan Pipit”, kalau masyarakat daerah perbatasan masih dianggap bagian dari Indonesia, maka sudah selayaknya mereka juga mendapatkan apa yang dirasakan masyarakat yang sudah lengkap sarana dan prasaranannya, jangan jadikan mereka “pipit” yang berbeda perlakuannya. Karna Masyarakat perbatasan juga sama kedudukannya dengan masyarakat di daerah lain yang ada di Indonesia. 
Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan
April, siswi kelas 4 SDN 08 Nekan, Kecamatan Entikong, Sedang Dalam Proses Pemeriksaan (Sumber gambar : auto2000.co.id)
Kondisi yang sulit dan serba apa adanya bukanlah cerita baru untuk daerah prasejahtera di perbatasan. Seperti yang dialami gadis kecil bernama April, di usia yang masih dini ia harus berjuang agar dapat belajar dengan normal demi masa depannya. 

April merupakan siswi yang berprestasi di sekolah, hal ini terbukti karena ia sering mendapatkan ranking pertama di kelasnya. Namun sayangnya, April mengalami gangguan refraksi pada matanya, sehingga selama proses belajar di kelas, untuk membaca tulisan di papan tulis, ia harus maju ke depan agar tulisan gurunya dapat terbaca dengan jelas.

Baca juga : UNTAN Membangun Ekosistem Digital Menuju Cyber University

Terkadang, kalau sudah lelah maju mundur membaca tulisan di papan tulis, ia akan meminta ijin untuk bertukar tempat duduk dengan temannya yang duduk di bangku paling depan agar dapat membaca apa yang tertulis di papan tulis, itu pun jika temannya mengijinkan.

Menurut Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), salah satu faktor penyebab kebutaan adalah karena akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mata masih terbatas terutama di daerah-daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dan SDM kesehatan yang memadai termasuk keberadaan dokter spesialis mata.

"Setiap 60 detik, 1 orang anak di seluruh dunia menjadi buta, padahal 80% dari penyebab kebutaan pada anak ini sebenarnya bisa dicegah melalui pemeriksaan dan tindakan segera," tambahnya.
Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan
April Mendapatkan Kacamata Dari Astra (Sumber gambar : auto2000.co.id)
Namun, April kini tidak khawatir lagi mengenai penglihatannya, berkat program tagar (tanda pagar) #generAKSISEHATIndonesia di media sosial yang diprakarsai oleh pihak Astra berhasil menyelamatkannya. 

Pada tanggal 11 Januari 2016 lalu, Astra membagikan 1.500 kacamata untuk anak-anak di Entikong, Kalimantan Barat. Salah satu penerima kacamata tersebut adalah April siswi kelas 4 SDN 08 Nekan yang bercita-cita mengambil kuliah kedokteran di Pontianak. 

Program tagar #generAKSISEHATIndonesia merupakan kontribusi nyata Astra untuk Indonesia yang telah berjalan sejak tahun 2014 dan sudah berhasil mengkonversikan 15.654 kacamata yang disalurkan ke beberapa daerah terpencil, terdepan dan terluar Indonesia, seperti, Kepulauan Talaud (Sulawesi Utara), Sabang (Aceh), Atambua (Nusa Tenggara Timur), Nunukan (Kalimantan Utara) dan Entikong (Kalimantan Barat).

Tidak terbayangkan bagaimana nasib anak-anak penerus bangsa ini jika tidak ada pihak yang benar-benar secara konsisten membuat dan menjalankan program sosial yang menolong mereka, seperti program tagar #generAKSISEHATIndonesia dari Astra ini. Mungkin, mereka harus merelakan masa depannya dan pasrah menerima kenyataan. Pada akhirnya, Indonesia tinggal menunggu kehancurannya karna tidak ada lagi generasi sehat yang tersisa. 
Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan
Burung Enggang, Hewan Endemik Khas Kalimantan (Sumber gambar : bobo.grid.id)
Saya meyakini bahwa setiap anak yang lahir, tumbuh dan berkembang di tanah Kalimantan membawa kepingan jiwa dari burung enggang. 

Burung enggang merupakan unggas terbesar yang pernah ada serta masuk dalam salah satu burung berparuh besar, dimana fungsi paruh tersebut untuk bertarung, mencari makanan, dan membuat sarang, namun semua fungsi yang ia miliki tersebut akan sia-sia apabila ia buta, jangankan untuk terbang, gairah menjalani kehidupan pun mungkin juga tidak ada. 

Seperti ini lah keadaan dari April kala itu, ia mungkin akan hancur dan putus asa ketika cita-cita yang menjadi dorongan terkuat dalam hidupnya harus pupus karena menurunnya daya penglihatan untuk menangkap setiap pelajaran yang menjadi syarat utama dalam meraih masa depannya. 

Suatu hari nanti, April akan mengenang kembali, hari dimana ia pernah hampir merasa putus asa karena bisa saja cita-citanya harus terhenti, hingga akhirnya program tagar #generAKSISEHATIndonesia dari Astra memberikan secercah harapan untuk gadis kecil Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan.

Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan
Inspirasi 60 Tahun Astra (Sumber gambar : anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com)
Momentum Inspirasi 60 Tahun Astra ini, bukan lagi berbicara tentang angka, tapi tentang pengalaman dan pengamalan Catur Dharma perusahaan Astra untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Program tagar #generAKSISEHATIndonesia adalah aksi nyata dari Astra yang sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk, Prijono Sugiarto, "Bagi Astra, kegiatan bisnis tidak terlepas dari lingkungan dan masyarakat sekitar. kami meyakini bahwa perusahaan tidak hanya harus menguntungkan, tetapi juga harus berkelanjutan".

Teruslah Menginspirasi, Karena Astra Telah Terbukti Menyelamatkan Anak Negeri.


*Sumber artikel : 
- anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com
- auto2000.co.id
- www.depkes.go.id

Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan

Setiap anak terlahir membawa doa dan harapan dari orangtuanya, dan cita-cita menjadi salah satu alasan kenapa seorang anak mau terus berjuang dalam menghadapi kerasnya kehidupan yang mungkin belum seharusnya ia rasakan. 

Kehidupan yang keras bukan hanya dirasakan anak-anak kurang mampu di Ibu Kota saja, namun hal serupa juga terjadi di daerah perbatasan yang belum mendapatkan uluran tangan dari pemerintah secara utuh. 
Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan
Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan (Sumber gambar : auto2000.co.id)
Entikong, sebagai daerah terdepan Indonesia sering mengirimkan cerita-cerita perjuangan masyarakatnya yang terkadang menyayat hati, dimana mereka harus memilih antara mendahulukan masa depan atau “perut yang kenyang”. 

Meskipun beberapa tahun terakhir pemerintah mulai membangun daerah perbatasan, namun belum semuanya bisa mendapatkan dan merasakan fasilitas yang layak, masih ada beberapa daerah yang terpaksa harus bertahan dalam kekurangan, terutama mengenai sarana dan prasarana kesehatan. 

Ibarat pepatah “Enggang Sama Enggang, Mana Nak Sama Dengan Pipit”, kalau masyarakat daerah perbatasan masih dianggap bagian dari Indonesia, maka sudah selayaknya mereka juga mendapatkan apa yang dirasakan masyarakat yang sudah lengkap sarana dan prasaranannya, jangan jadikan mereka “pipit” yang berbeda perlakuannya. Karna Masyarakat perbatasan juga sama kedudukannya dengan masyarakat di daerah lain yang ada di Indonesia. 
Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan
April, siswi kelas 4 SDN 08 Nekan, Kecamatan Entikong, Sedang Dalam Proses Pemeriksaan (Sumber gambar : auto2000.co.id)
Kondisi yang sulit dan serba apa adanya bukanlah cerita baru untuk daerah prasejahtera di perbatasan. Seperti yang dialami gadis kecil bernama April, di usia yang masih dini ia harus berjuang agar dapat belajar dengan normal demi masa depannya. 

April merupakan siswi yang berprestasi di sekolah, hal ini terbukti karena ia sering mendapatkan ranking pertama di kelasnya. Namun sayangnya, April mengalami gangguan refraksi pada matanya, sehingga selama proses belajar di kelas, untuk membaca tulisan di papan tulis, ia harus maju ke depan agar tulisan gurunya dapat terbaca dengan jelas.

Baca juga : UNTAN Membangun Ekosistem Digital Menuju Cyber University

Terkadang, kalau sudah lelah maju mundur membaca tulisan di papan tulis, ia akan meminta ijin untuk bertukar tempat duduk dengan temannya yang duduk di bangku paling depan agar dapat membaca apa yang tertulis di papan tulis, itu pun jika temannya mengijinkan.

Menurut Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), salah satu faktor penyebab kebutaan adalah karena akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mata masih terbatas terutama di daerah-daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dan SDM kesehatan yang memadai termasuk keberadaan dokter spesialis mata.

"Setiap 60 detik, 1 orang anak di seluruh dunia menjadi buta, padahal 80% dari penyebab kebutaan pada anak ini sebenarnya bisa dicegah melalui pemeriksaan dan tindakan segera," tambahnya.
Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan
April Mendapatkan Kacamata Dari Astra (Sumber gambar : auto2000.co.id)
Namun, April kini tidak khawatir lagi mengenai penglihatannya, berkat program tagar (tanda pagar) #generAKSISEHATIndonesia di media sosial yang diprakarsai oleh pihak Astra berhasil menyelamatkannya. 

Pada tanggal 11 Januari 2016 lalu, Astra membagikan 1.500 kacamata untuk anak-anak di Entikong, Kalimantan Barat. Salah satu penerima kacamata tersebut adalah April siswi kelas 4 SDN 08 Nekan yang bercita-cita mengambil kuliah kedokteran di Pontianak. 

Program tagar #generAKSISEHATIndonesia merupakan kontribusi nyata Astra untuk Indonesia yang telah berjalan sejak tahun 2014 dan sudah berhasil mengkonversikan 15.654 kacamata yang disalurkan ke beberapa daerah terpencil, terdepan dan terluar Indonesia, seperti, Kepulauan Talaud (Sulawesi Utara), Sabang (Aceh), Atambua (Nusa Tenggara Timur), Nunukan (Kalimantan Utara) dan Entikong (Kalimantan Barat).

Tidak terbayangkan bagaimana nasib anak-anak penerus bangsa ini jika tidak ada pihak yang benar-benar secara konsisten membuat dan menjalankan program sosial yang menolong mereka, seperti program tagar #generAKSISEHATIndonesia dari Astra ini. Mungkin, mereka harus merelakan masa depannya dan pasrah menerima kenyataan. Pada akhirnya, Indonesia tinggal menunggu kehancurannya karna tidak ada lagi generasi sehat yang tersisa. 
Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan
Burung Enggang, Hewan Endemik Khas Kalimantan (Sumber gambar : bobo.grid.id)
Saya meyakini bahwa setiap anak yang lahir, tumbuh dan berkembang di tanah Kalimantan membawa kepingan jiwa dari burung enggang. 

Burung enggang merupakan unggas terbesar yang pernah ada serta masuk dalam salah satu burung berparuh besar, dimana fungsi paruh tersebut untuk bertarung, mencari makanan, dan membuat sarang, namun semua fungsi yang ia miliki tersebut akan sia-sia apabila ia buta, jangankan untuk terbang, gairah menjalani kehidupan pun mungkin juga tidak ada. 

Seperti ini lah keadaan dari April kala itu, ia mungkin akan hancur dan putus asa ketika cita-cita yang menjadi dorongan terkuat dalam hidupnya harus pupus karena menurunnya daya penglihatan untuk menangkap setiap pelajaran yang menjadi syarat utama dalam meraih masa depannya. 

Suatu hari nanti, April akan mengenang kembali, hari dimana ia pernah hampir merasa putus asa karena bisa saja cita-citanya harus terhenti, hingga akhirnya program tagar #generAKSISEHATIndonesia dari Astra memberikan secercah harapan untuk gadis kecil Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan.

Menjaga Mata Sang “Pewaris Enggang” di Tapal Batas Kalimantan
Inspirasi 60 Tahun Astra (Sumber gambar : anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com)
Momentum Inspirasi 60 Tahun Astra ini, bukan lagi berbicara tentang angka, tapi tentang pengalaman dan pengamalan Catur Dharma perusahaan Astra untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Program tagar #generAKSISEHATIndonesia adalah aksi nyata dari Astra yang sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk, Prijono Sugiarto, "Bagi Astra, kegiatan bisnis tidak terlepas dari lingkungan dan masyarakat sekitar. kami meyakini bahwa perusahaan tidak hanya harus menguntungkan, tetapi juga harus berkelanjutan".

Teruslah Menginspirasi, Karena Astra Telah Terbukti Menyelamatkan Anak Negeri.


*Sumber artikel : 
- anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com
- auto2000.co.id
- www.depkes.go.id