Social Items

“Apa aplikasi anti virus terbaik?” Saya menuliskan kata-kata ini di buku catatan ketika sedang melamunkan soal virus di kelas. Lima belas tahun lalu, saya sekolah di sekolah teknik jurusan teknik komputer. Ini membuat para tetangga saya seperti memiliki tukang service komputer gratisan saat komputer mereka bermasalah, hehehe. 
Aplikasi Anti Virus Terbaik
Aplikasi Anti virus Terbaik (sumber gambar : pixabay.com)
Kebanyakan masalahnya adalah virus. Ada yang menghalangi akses terhadap file tertentu (kebanyakan Word), ada pula yang segitu niatnya untuk menyembunyikan semua file. Polanya selalu berawal dari ekstensi .exe yang diklik tanpa sadar. 

Yang paling aneh adalah virus yang tidak merusak file, tapi membuat CD player di komputer terbuka. Well, itu kerjaan iseng teman saya sih. Untungnya hanya tersebar di lingkungan sekolah saja. Mungkin karena niatnya memang cuma iseng, bukan untuk menguasai dunia. Hehehe. 

Virus memang jadi bagian dalam potongan hidup saya. Pasalnya, tahun 2000-2010 memang merupakan tahun perkembangan pesat internet, termasuk “produk sampingannya” yang berupa virus. Masih ingat betapa perkasa dan fenomenalnya virus Brontok alias Rontokbro? 

Masa remaja saya pun diisi oleh petualangan mencoba berbagai antivirus (bukan tipikal masa remaja yang umum, sih). Saat itu, yang pertama kali saya lakukan adalah mencari antivirus gratisan. AVG Free menjadi buah bibir di kelas kami saat itu, jadi itu yang saya gunakan. 

AVG Free berlaku seperti aparat keamanan berpangkat rendah yang humanis. Dibilang berpangkat rendah karena fiturnya yang terbatas. Namanya juga gratisan. Dibilang humanis karena begitu menemukan file yang terinfeksi virus, AVG Free tidak langsung “tembak di tempat”, tetapi mengkarantinanya terlebih dahulu. Kalau ternyata tidak bisa “sembuh”, ya terpaksa dieksekusi. Di sinilah letak dramanya, terutama bila file itu adalah tugas sekolah kamu yang sudah dikerjakan dengan susah payah dan besok harus dikumpulkan. 

Setelah belajar “mengakali” serial number berbagai software, petualangan antivirus pun semakin lancar. Saya waktu itu mencoba berbagai merek antivirus termahsyur, seperti McAfee, Avira, Avast, Norton, BitDefender, dan Kaspersky. Namun, tidak ada yang benar-benar berkesan. Saya tidak tahu alasannya. Mungkin karena memang tidak ada hal baru nan unik yang mereka tawarkan. 

Salah satu majalah PC terkenal di Indonesia akhirnya mengeluarkan antivirus sendiri. Kalau tidak salah, namanya PCMAV. Ini terjadi setelah tahun 2005. Ikonnya adalah bebek mainan berwarna kuning. Bisa didapatkan jika kamu membeli majalah mereka. Teman saya beli majalah itu. Saya copy CD berisi software PCMAV dari dia, hehehe. Asyiknya PCMAV adalah bobotnya yang ringan. Bukan benar-benar bobot dalam satuan gram, ya, melainkan ukurannya. Selain itu, dia juga bisa dijalankan dari flashdisk. Ukuran flashdisk saat itu kira-kira masih 128MB, 256MB, dan 512 MB. 

Ini kapasitas untuk masyarakat umum, ya, ndak tahu untuk keperluan militer karena biasanya, mereka yang terlebih dahulu dapat teknologi paling keren. Sayangnya, sebagaimana aparat keamanan yang belum saling mengenal, PCMAV dan antivirus lain yang dipasang di komputer malah mengidentifikasi satu sama lain sebagai program virus. Jika kita punya McAfee dan hendak memasang PCMAV, maka McAfee akan mengidentifikasi PCMAV dan segera menghapus program tersebut, lalu melakukan pemindaian (scan) ulang komputer. Setelah PCMAV, ada antivirus ringan dan bisa dijalankan dari flashdisk lainnya bernama SMADAV. 

Antivirus ini sepertinya lebih lestari karena sampai sekarang, SMADAV tetap banyak digunakan oleh berbagai laptop. Update pun masih mereka lakukan secara berkala di situs web smadav.net. Asyiknya SMADAV adalah antivirus berlogo segitiga hijau ini tidak berantem dengan antivirus lain di perangkat yang sama. SMADAV masih direkomendasikan sebagai aplikasi anti virus untuk laptop hingga saat ini. Lalu, apakah antivirus terbaik yang paling saya rekomendasikan? Diri sendiri. Ya, kamu tidak salah baca. Jawabannya adalah diri sendiri.
Aplikasi Anti Virus Terbaik
Aplikasi Anti virus Terbaik (sumber gambar : pixabay.com)
Perkembangan virus dan antivirus berlaku seperti lingkaran setan, sesuatu yang saling mendahului dan tidak ada habisnya. Saya bahkan pernah curiga, apakah mungkin virus dibuat oleh perusahaan antivirus agar bisnis mereka terus berjalan? Saya tidak pernah benar-benar memastikan asumsi itu. Namun pada akhirnya, diri sendiri memang adalah antivirus terbaik. Begini penjelasannya. Para pembuat virus menempatkan virus di tempat-tempat yang banyak dikunjungi manusia. Biasanya, tempat yang dimaksud adalah tempat-tempat hiburan di internet. 

Sementara itu, manusia dikendalikan oleh kebiasaannya. Kalau begitu, cara terbaik dalam menangkal virus adalah dengan mengendalikan kebiasaan tersebut, bukan? Jadi, kesimpulan dari tulisan ini adalah tetap pasang anti virus untuk laptop, namun teruslah berhati-hati di internet.

Pernah Coba Aplikasi Antivirus Ini?

“Apa aplikasi anti virus terbaik?” Saya menuliskan kata-kata ini di buku catatan ketika sedang melamunkan soal virus di kelas. Lima belas tahun lalu, saya sekolah di sekolah teknik jurusan teknik komputer. Ini membuat para tetangga saya seperti memiliki tukang service komputer gratisan saat komputer mereka bermasalah, hehehe. 
Aplikasi Anti Virus Terbaik
Aplikasi Anti virus Terbaik (sumber gambar : pixabay.com)
Kebanyakan masalahnya adalah virus. Ada yang menghalangi akses terhadap file tertentu (kebanyakan Word), ada pula yang segitu niatnya untuk menyembunyikan semua file. Polanya selalu berawal dari ekstensi .exe yang diklik tanpa sadar. 

Yang paling aneh adalah virus yang tidak merusak file, tapi membuat CD player di komputer terbuka. Well, itu kerjaan iseng teman saya sih. Untungnya hanya tersebar di lingkungan sekolah saja. Mungkin karena niatnya memang cuma iseng, bukan untuk menguasai dunia. Hehehe. 

Virus memang jadi bagian dalam potongan hidup saya. Pasalnya, tahun 2000-2010 memang merupakan tahun perkembangan pesat internet, termasuk “produk sampingannya” yang berupa virus. Masih ingat betapa perkasa dan fenomenalnya virus Brontok alias Rontokbro? 

Masa remaja saya pun diisi oleh petualangan mencoba berbagai antivirus (bukan tipikal masa remaja yang umum, sih). Saat itu, yang pertama kali saya lakukan adalah mencari antivirus gratisan. AVG Free menjadi buah bibir di kelas kami saat itu, jadi itu yang saya gunakan. 

AVG Free berlaku seperti aparat keamanan berpangkat rendah yang humanis. Dibilang berpangkat rendah karena fiturnya yang terbatas. Namanya juga gratisan. Dibilang humanis karena begitu menemukan file yang terinfeksi virus, AVG Free tidak langsung “tembak di tempat”, tetapi mengkarantinanya terlebih dahulu. Kalau ternyata tidak bisa “sembuh”, ya terpaksa dieksekusi. Di sinilah letak dramanya, terutama bila file itu adalah tugas sekolah kamu yang sudah dikerjakan dengan susah payah dan besok harus dikumpulkan. 

Setelah belajar “mengakali” serial number berbagai software, petualangan antivirus pun semakin lancar. Saya waktu itu mencoba berbagai merek antivirus termahsyur, seperti McAfee, Avira, Avast, Norton, BitDefender, dan Kaspersky. Namun, tidak ada yang benar-benar berkesan. Saya tidak tahu alasannya. Mungkin karena memang tidak ada hal baru nan unik yang mereka tawarkan. 

Salah satu majalah PC terkenal di Indonesia akhirnya mengeluarkan antivirus sendiri. Kalau tidak salah, namanya PCMAV. Ini terjadi setelah tahun 2005. Ikonnya adalah bebek mainan berwarna kuning. Bisa didapatkan jika kamu membeli majalah mereka. Teman saya beli majalah itu. Saya copy CD berisi software PCMAV dari dia, hehehe. Asyiknya PCMAV adalah bobotnya yang ringan. Bukan benar-benar bobot dalam satuan gram, ya, melainkan ukurannya. Selain itu, dia juga bisa dijalankan dari flashdisk. Ukuran flashdisk saat itu kira-kira masih 128MB, 256MB, dan 512 MB. 

Ini kapasitas untuk masyarakat umum, ya, ndak tahu untuk keperluan militer karena biasanya, mereka yang terlebih dahulu dapat teknologi paling keren. Sayangnya, sebagaimana aparat keamanan yang belum saling mengenal, PCMAV dan antivirus lain yang dipasang di komputer malah mengidentifikasi satu sama lain sebagai program virus. Jika kita punya McAfee dan hendak memasang PCMAV, maka McAfee akan mengidentifikasi PCMAV dan segera menghapus program tersebut, lalu melakukan pemindaian (scan) ulang komputer. Setelah PCMAV, ada antivirus ringan dan bisa dijalankan dari flashdisk lainnya bernama SMADAV. 

Antivirus ini sepertinya lebih lestari karena sampai sekarang, SMADAV tetap banyak digunakan oleh berbagai laptop. Update pun masih mereka lakukan secara berkala di situs web smadav.net. Asyiknya SMADAV adalah antivirus berlogo segitiga hijau ini tidak berantem dengan antivirus lain di perangkat yang sama. SMADAV masih direkomendasikan sebagai aplikasi anti virus untuk laptop hingga saat ini. Lalu, apakah antivirus terbaik yang paling saya rekomendasikan? Diri sendiri. Ya, kamu tidak salah baca. Jawabannya adalah diri sendiri.
Aplikasi Anti Virus Terbaik
Aplikasi Anti virus Terbaik (sumber gambar : pixabay.com)
Perkembangan virus dan antivirus berlaku seperti lingkaran setan, sesuatu yang saling mendahului dan tidak ada habisnya. Saya bahkan pernah curiga, apakah mungkin virus dibuat oleh perusahaan antivirus agar bisnis mereka terus berjalan? Saya tidak pernah benar-benar memastikan asumsi itu. Namun pada akhirnya, diri sendiri memang adalah antivirus terbaik. Begini penjelasannya. Para pembuat virus menempatkan virus di tempat-tempat yang banyak dikunjungi manusia. Biasanya, tempat yang dimaksud adalah tempat-tempat hiburan di internet. 

Sementara itu, manusia dikendalikan oleh kebiasaannya. Kalau begitu, cara terbaik dalam menangkal virus adalah dengan mengendalikan kebiasaan tersebut, bukan? Jadi, kesimpulan dari tulisan ini adalah tetap pasang anti virus untuk laptop, namun teruslah berhati-hati di internet.

Tidak ada komentar