Social Items

awidiot.com - Di era modern saat ini wanita cenderung menjadi korban dalam kekerasan rumah tangga. Faktornya beragam, mulai dari masalah ekonomi yang tidak memadai hingga keegoisan diri masing-masing pihak, baik suami ataupun istri. Selain itu, wanita selalu diposisikan pada tempat "hamba tuhan" yang tidak berdaya dan wajib bergantung pada orang lain. Dogma ini yang ditanamkan sejak dini kepada kita, secara sadar ataupun tidak, kita secara otomatis akan berfikir demikian. Menurut hemat saya, hal ini dipengaruhi banyak hal, kesalahan memahami esensi ajaran Agama dan kebiasaan yang menjadi budaya adalah salah satunya. 

Sejatinya agama mengajarkan kesetaraan antara pria dan wanita sesuai porsinya, namun sangat disayangkan banyak orang yang salah kaprah dan berfikir membabi buta menuruti hawa nafsunya dalam menanggapi "KESETARAAN ANTARA PRIA DAN WANITA" yang berakibat pada perdebatan yang tiada habisnya, yang pada akhirnya semua bermusuhan demi mempertahankan argumennya masing-masing, tapi tidak sedikit juga yang akur dalam perbedaan pendapat ini. Tidak sedikit juga beberapa daerah di indonesia memiliki budaya yang "mendiskriminasi" kehidupan wanita, bahkan ada daerah yang memiliki budaya yang membuat wanita tersudutkan, terkucilkan, terhina dan "teraniaya" baik lahir maupun batinnya. 
Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga
Sumber : http://www.hunger-undernutrition.org/
Contoh nyatanya adalah ketika ada seorang wanita yang menyadang gelar "mulia" yaitu janda, maka tidak sedikit orang-orang disekitarnya akan menggunjing dirinya, bahkan di beberapa daerah di indonesia akan menganggapnya sebagai aib keluarga. Sungguh mengerikan, jika dogma ini terus berkembang dan mendarah daging hingga ratusan tahun lagi, coba renungkan, pantaskah kita menghakimi status jandanya? bukankah ini takdir yang sudah ditulis oleh sang Maha Kuasa? Bukankah ketika kita menghina dan menyudutkan status jandanya, maka secara tidak langsung kita juga menghina skenario yang sudah dituliskan oleh sang Maha Kuasa.

Menyandang status janda memang berat, namun tidak sedikit diantara mereka mampu bertahan bahkan ada yang sanggup berkembang dan membanggakan. Cerai bukan berarti berantakan dan menjadi sendiri bukan berarti akhir dari hidup ini. Semangat inilah yang coba dibangun oleh PEKKA, demi terwujudnya keadilan gender dan kehidupan bermartabat bagi wanita berstatus janda. 
PEKKA atau Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluaraga adalah sebuah inisiatif pemberdayaan perempuan kepala keluarga, yang mulai digagas pada akhir tahun 2000 dari rencana awal KOMNAS PEREMPUAN yang ingin mendokumentasikan kehidupan janda di wilayah konflik dan keinginan Bank Dunia melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merespons permintaan janda korban konflik di Aceh untuk memperoleh akses sumberdaya agar dapat mengatasi persoalan ekonomi dan trauma mereka. Semula upaya ini diberi nama “Widows Project” yang sepenuhnya didukung dana hibah dari Japan Social Development Fund (JSDF) melalui Trust Fund Bank Dunia. 

KOMNAS PEREMPUAN kemudian bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW), membentuk Sekretaris Nasional (Seknas) PEKKA untuk mengembangkan gagasan awal ini. “Widows Project” di transformasi menjadi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) oleh Nani Zulminarni yang kemudian menjadi Koordinator Nasional (Kornas)nya. Transformasi ini diharapkan membuat PEKKA menjadi lebih provokatif dan ideologis, yaitu dengan menempatkan janda pada kedudukan, peran, dan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga dan bukan dilihat dari status perkawinan semata. Selain itu, upaya ini diharapkan mampu pula membuat perubahan sosial dengan mengangkat martabat janda dalam masyarakat yang selama ini terlanjur mempunyai Stereotype (pelabelan) negatif. Judul Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau disingkat Program PEKKA, dan PEKKA kemudian ditetapkan dan disepakati untuk menjadi nama lembaga yang melaksanakan inisiatif baru ini. Selanjutnya kata Pekka juga dipergunakan untuk menyebut secara singkat sebutan bagi Perempuan Kepala Keluarga (Pekka). 

Secara garis besar PEKKA adalah organisasi yang dibentuk untuk mendorong wanita berstatus janda ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat. PEKKA sendiri sudah tersebar keseluruh daerah yang ada di Indonesia, bisa cek disini : Wilayah Kerja PEKKA, dan sudah banyak memiliki program diantaranya yaitu : 

Pemberdayaan Ekonomi Fokus pada dua kegiatan yaitu: 
  • Mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Komunitas (LKM-Siskom) melalui koperasi simpan pinjam sebagai sumberdaya keuangan kolektif. 
  • Mengembangkan produktivitas ekonomi melalui usaha ekonomi produktif kelompok dan individu sebagai sumber kemandirian ekonomi keluarga. 
Kedaulatan Pangan dan Energi Fokus pada tiga kegiatan utama yaitu: 
  • Mengembangkan permakultur untuk pemenuhan pangan secara berkelanjutan 
  • Mengidentifikasi dan mensosialisasikan pangan lokal untuk kemandirian pangan komunitas Pekka 
  • Memfasilitasi inisiatif lokal untuk ketahanan pangan dan energi komunitas Pekka termasuk pengembangan lumbung pangan dan biogas 
Pendidikan Sepanjang Hayat Fokus pada lima kegiatan yaitu: 
  • Menyelenggarakan Kelas Keaksaraan Fungsional (KF) melalui kelompok belajar baca tulis hitung untuk pemberantasan buta huruf 
  • Menyelenggarakan Kelas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 
  • Memfasilitasi akses penyetaraan pendidikan formal Paket A, Paket B dan Paket C untuk memenuhi pendidikan formal bagi anggota Serikat Pekka 
  • Mengadakan Kelas Belajar anak-anak Pekka Mengembangkan Pusat Belajar (Center Pekka) untuk ruang dan kesempatan anggota Serikat Pekka dan masyarakat lainnya belajar berbagai keterampilan kehidupan 
Pemberdayaan Hukum Fokus pada lima kegiatan yaitu: 
  • Mengembangkan Paralegal dan kader hukum dari kalangan komunitas Pekka 
  • Melakukan pendidikan penyadaran kritis terkait hukum dan keadilan bagi masyarakat 
  • Memfasilitasi akses identitas hukum bagi komunitas Pekka dan masyarakat marjinal lainnya melalui sidang keliling dan layanan terpadu 
  • Mengembangkan Klinik Konsultasi Hukum Pekka berbasis Komunitas (KLIK-PEKKA) 
  • Melakukan advokasi pada pemerintah untuk layanan hukum keliling, Prodeo dan terpadu bagi masyarakat miskin 
Pemberdayaan Politik Fokus pada tiga kegiatan yaitu: 
  • Melakukan pendidikan penyadaran kritis akan hak politik dan kewajiban sebagai warga negara Mengembangkan potensi kepemimpinan kader Pekka untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dalam masyarakat 
  • Memfasilitasi partisipasi aktif kader Pekka dalam proses politik di Indonesia 
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Fokus pada tiga kegiatan yaitu: 
  • Melakukan pendidikan penyadaran kritis akan hak kesehatan Mengembangkan potensi kader Pekka untuk menjadi kader kesehatan masyarakat dan posyandu 
  • Memfasilitasi partisipasi aktif kader Pekka dalam proses penyuluhan dan akses layanan kesehatan masyarakat 
Media Komunitas Fokus pada tiga kegiatan yaitu: 
  • Mengembangkan kader Pekka menjadi pembuat video komunitas, fotografer, dan pengelola radio komunitas 
  • Mengembangkan kader Pekka menjadi jurnalis yang mengembangkan buletin warga 
  • Memfasilitasi komunitas Pekka untuk menggunakan media komunitas dalam kerja pendidikan dan advokasi-nya. 
Publikasi dan Dokumentasi Pengetahuan dari Lapangan Fokus pada dua kegiatan yaitu:
  • Mendokumentasikan proses pengorganisasian Pekka, profil, dan pelajaran dari lapangan dalam bentuk buku, video, film dan foto 
  • Menerbitkan buletin berkala untuk informasi dan bahan belajar komunitas Pekka Riset, 
Advokasi dan Jaringan Fokus pada empat kegiatan yaitu: 
  • Melakukan riset berbasis komunitas terkait isu aktual yang dihadapi komunitas Pekka Mengembangkan pusat data dan informasi berbasis komunitas di tingkat Desa 
  • Memfasilitasi komunitas Pekka menggunakan data untuk advokasi 
  • Mengembangkan kerjasama dan jaringan kerja untuk advokasi kebijakan terkait persoalan Pekka 
Program-program diatas sudah berjalan dengan apik dan membuahkan hasil, selain mampu membuat wanita bergelar janda menjadi mandiri dan bermartabat, program PEKKA sedikit demi sedikit mulai mengubah stigma negatif masyarakat tentang Wanita Kepala Keluarga. 

Kini wanita penyandang label Janda tidak bisa dipandang sebelah mata lagi, posisi "tidak berdaya" berganti dengan "semakin berjaya". Oleh karena itu, Ayo ! kita sebagai manusia yang beragama dan berfikir sudah saatnya bersama-sama membangun negeri ini sesuai porsinya masing-masing tanpa harus mempermasalahkan latarbelakang Suku, Agama, Ras, Adat, dan Gender. 

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga

awidiot.com - Di era modern saat ini wanita cenderung menjadi korban dalam kekerasan rumah tangga. Faktornya beragam, mulai dari masalah ekonomi yang tidak memadai hingga keegoisan diri masing-masing pihak, baik suami ataupun istri. Selain itu, wanita selalu diposisikan pada tempat "hamba tuhan" yang tidak berdaya dan wajib bergantung pada orang lain. Dogma ini yang ditanamkan sejak dini kepada kita, secara sadar ataupun tidak, kita secara otomatis akan berfikir demikian. Menurut hemat saya, hal ini dipengaruhi banyak hal, kesalahan memahami esensi ajaran Agama dan kebiasaan yang menjadi budaya adalah salah satunya. 

Sejatinya agama mengajarkan kesetaraan antara pria dan wanita sesuai porsinya, namun sangat disayangkan banyak orang yang salah kaprah dan berfikir membabi buta menuruti hawa nafsunya dalam menanggapi "KESETARAAN ANTARA PRIA DAN WANITA" yang berakibat pada perdebatan yang tiada habisnya, yang pada akhirnya semua bermusuhan demi mempertahankan argumennya masing-masing, tapi tidak sedikit juga yang akur dalam perbedaan pendapat ini. Tidak sedikit juga beberapa daerah di indonesia memiliki budaya yang "mendiskriminasi" kehidupan wanita, bahkan ada daerah yang memiliki budaya yang membuat wanita tersudutkan, terkucilkan, terhina dan "teraniaya" baik lahir maupun batinnya. 
Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga
Sumber : http://www.hunger-undernutrition.org/
Contoh nyatanya adalah ketika ada seorang wanita yang menyadang gelar "mulia" yaitu janda, maka tidak sedikit orang-orang disekitarnya akan menggunjing dirinya, bahkan di beberapa daerah di indonesia akan menganggapnya sebagai aib keluarga. Sungguh mengerikan, jika dogma ini terus berkembang dan mendarah daging hingga ratusan tahun lagi, coba renungkan, pantaskah kita menghakimi status jandanya? bukankah ini takdir yang sudah ditulis oleh sang Maha Kuasa? Bukankah ketika kita menghina dan menyudutkan status jandanya, maka secara tidak langsung kita juga menghina skenario yang sudah dituliskan oleh sang Maha Kuasa.

Menyandang status janda memang berat, namun tidak sedikit diantara mereka mampu bertahan bahkan ada yang sanggup berkembang dan membanggakan. Cerai bukan berarti berantakan dan menjadi sendiri bukan berarti akhir dari hidup ini. Semangat inilah yang coba dibangun oleh PEKKA, demi terwujudnya keadilan gender dan kehidupan bermartabat bagi wanita berstatus janda. 
PEKKA atau Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluaraga adalah sebuah inisiatif pemberdayaan perempuan kepala keluarga, yang mulai digagas pada akhir tahun 2000 dari rencana awal KOMNAS PEREMPUAN yang ingin mendokumentasikan kehidupan janda di wilayah konflik dan keinginan Bank Dunia melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merespons permintaan janda korban konflik di Aceh untuk memperoleh akses sumberdaya agar dapat mengatasi persoalan ekonomi dan trauma mereka. Semula upaya ini diberi nama “Widows Project” yang sepenuhnya didukung dana hibah dari Japan Social Development Fund (JSDF) melalui Trust Fund Bank Dunia. 

KOMNAS PEREMPUAN kemudian bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW), membentuk Sekretaris Nasional (Seknas) PEKKA untuk mengembangkan gagasan awal ini. “Widows Project” di transformasi menjadi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) oleh Nani Zulminarni yang kemudian menjadi Koordinator Nasional (Kornas)nya. Transformasi ini diharapkan membuat PEKKA menjadi lebih provokatif dan ideologis, yaitu dengan menempatkan janda pada kedudukan, peran, dan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga dan bukan dilihat dari status perkawinan semata. Selain itu, upaya ini diharapkan mampu pula membuat perubahan sosial dengan mengangkat martabat janda dalam masyarakat yang selama ini terlanjur mempunyai Stereotype (pelabelan) negatif. Judul Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau disingkat Program PEKKA, dan PEKKA kemudian ditetapkan dan disepakati untuk menjadi nama lembaga yang melaksanakan inisiatif baru ini. Selanjutnya kata Pekka juga dipergunakan untuk menyebut secara singkat sebutan bagi Perempuan Kepala Keluarga (Pekka). 

Secara garis besar PEKKA adalah organisasi yang dibentuk untuk mendorong wanita berstatus janda ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat. PEKKA sendiri sudah tersebar keseluruh daerah yang ada di Indonesia, bisa cek disini : Wilayah Kerja PEKKA, dan sudah banyak memiliki program diantaranya yaitu : 

Pemberdayaan Ekonomi Fokus pada dua kegiatan yaitu: 
  • Mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Komunitas (LKM-Siskom) melalui koperasi simpan pinjam sebagai sumberdaya keuangan kolektif. 
  • Mengembangkan produktivitas ekonomi melalui usaha ekonomi produktif kelompok dan individu sebagai sumber kemandirian ekonomi keluarga. 
Kedaulatan Pangan dan Energi Fokus pada tiga kegiatan utama yaitu: 
  • Mengembangkan permakultur untuk pemenuhan pangan secara berkelanjutan 
  • Mengidentifikasi dan mensosialisasikan pangan lokal untuk kemandirian pangan komunitas Pekka 
  • Memfasilitasi inisiatif lokal untuk ketahanan pangan dan energi komunitas Pekka termasuk pengembangan lumbung pangan dan biogas 
Pendidikan Sepanjang Hayat Fokus pada lima kegiatan yaitu: 
  • Menyelenggarakan Kelas Keaksaraan Fungsional (KF) melalui kelompok belajar baca tulis hitung untuk pemberantasan buta huruf 
  • Menyelenggarakan Kelas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 
  • Memfasilitasi akses penyetaraan pendidikan formal Paket A, Paket B dan Paket C untuk memenuhi pendidikan formal bagi anggota Serikat Pekka 
  • Mengadakan Kelas Belajar anak-anak Pekka Mengembangkan Pusat Belajar (Center Pekka) untuk ruang dan kesempatan anggota Serikat Pekka dan masyarakat lainnya belajar berbagai keterampilan kehidupan 
Pemberdayaan Hukum Fokus pada lima kegiatan yaitu: 
  • Mengembangkan Paralegal dan kader hukum dari kalangan komunitas Pekka 
  • Melakukan pendidikan penyadaran kritis terkait hukum dan keadilan bagi masyarakat 
  • Memfasilitasi akses identitas hukum bagi komunitas Pekka dan masyarakat marjinal lainnya melalui sidang keliling dan layanan terpadu 
  • Mengembangkan Klinik Konsultasi Hukum Pekka berbasis Komunitas (KLIK-PEKKA) 
  • Melakukan advokasi pada pemerintah untuk layanan hukum keliling, Prodeo dan terpadu bagi masyarakat miskin 
Pemberdayaan Politik Fokus pada tiga kegiatan yaitu: 
  • Melakukan pendidikan penyadaran kritis akan hak politik dan kewajiban sebagai warga negara Mengembangkan potensi kepemimpinan kader Pekka untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dalam masyarakat 
  • Memfasilitasi partisipasi aktif kader Pekka dalam proses politik di Indonesia 
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Fokus pada tiga kegiatan yaitu: 
  • Melakukan pendidikan penyadaran kritis akan hak kesehatan Mengembangkan potensi kader Pekka untuk menjadi kader kesehatan masyarakat dan posyandu 
  • Memfasilitasi partisipasi aktif kader Pekka dalam proses penyuluhan dan akses layanan kesehatan masyarakat 
Media Komunitas Fokus pada tiga kegiatan yaitu: 
  • Mengembangkan kader Pekka menjadi pembuat video komunitas, fotografer, dan pengelola radio komunitas 
  • Mengembangkan kader Pekka menjadi jurnalis yang mengembangkan buletin warga 
  • Memfasilitasi komunitas Pekka untuk menggunakan media komunitas dalam kerja pendidikan dan advokasi-nya. 
Publikasi dan Dokumentasi Pengetahuan dari Lapangan Fokus pada dua kegiatan yaitu:
  • Mendokumentasikan proses pengorganisasian Pekka, profil, dan pelajaran dari lapangan dalam bentuk buku, video, film dan foto 
  • Menerbitkan buletin berkala untuk informasi dan bahan belajar komunitas Pekka Riset, 
Advokasi dan Jaringan Fokus pada empat kegiatan yaitu: 
  • Melakukan riset berbasis komunitas terkait isu aktual yang dihadapi komunitas Pekka Mengembangkan pusat data dan informasi berbasis komunitas di tingkat Desa 
  • Memfasilitasi komunitas Pekka menggunakan data untuk advokasi 
  • Mengembangkan kerjasama dan jaringan kerja untuk advokasi kebijakan terkait persoalan Pekka 
Program-program diatas sudah berjalan dengan apik dan membuahkan hasil, selain mampu membuat wanita bergelar janda menjadi mandiri dan bermartabat, program PEKKA sedikit demi sedikit mulai mengubah stigma negatif masyarakat tentang Wanita Kepala Keluarga. 

Kini wanita penyandang label Janda tidak bisa dipandang sebelah mata lagi, posisi "tidak berdaya" berganti dengan "semakin berjaya". Oleh karena itu, Ayo ! kita sebagai manusia yang beragama dan berfikir sudah saatnya bersama-sama membangun negeri ini sesuai porsinya masing-masing tanpa harus mempermasalahkan latarbelakang Suku, Agama, Ras, Adat, dan Gender.