Social Items

Setelah pertempuran terjadi antara 2 gank monyet, yang pada akhirnya solusi untuk menghindari korban berjatuhan adalah Russian Roulette.


Kedua pemimpin mengambil posisi, bersiap untuk bertarung mempertaruhkan harga diri. 

menggunakan senjata Revolver yang hanya diisi dengan satu peluru kemudian diputar lalu ditodong dan ditembakan kekepala pemain, jika beruntung maka akan selamat. Permainan ini sangat dekat dengan malaikat maut, jika tidak berutung maka kematian akan datang berkunjung.


Karna didunia monyet tidak ada senjata Revolver, maka mereka menggantinya dengan pisang. Iya, pisang yang biasanya dijadikan makanan kini pisang dapat dijadikan alat pembunuhan. Caranya bagaimana? Caranya adalah disiapkan pisang sebanyak-banyaknya, kemudian ¼ dari jumlah keseluruhan dijadikan lembek dengan cara diremas-remas namun tidak membuat kemasan jadi merusak. Kemudian pisang yang lemas dicampur dengan yang masih segar dan dimasukan kedalam sebuah wadah besar serta ditutupi dedaunan agar pisang tidak dapat dipandang oleh para pemain. 


Nah, cara bermainnya para pemain memasukan tangannya kedalam wadah yang telah disiapkan untuk mengambil pisang dengan cepat kemudian dicolokan kemata lawannya, siapa yang mampu bertahan dengan colokan tesebut maka dia adalah pemenangnya.


Permainan Russian Roulette ala coboy hutan azamon ini dapat menyebabkan iritasi pada mata dan mejadikan mata agak sedikit kabur. 

 Permainanpun dimulai dengan “Suit (gunting batu keras)” pemenangnya dapat memulai lebih dulu.
Sang Pageran monyetpun tampak bersamangat, tidak mau kalah Palak Lab musuhpun memberikan senyuman sinis yang ditaburi dengan kesombongan. Suit pertama dimulai, daaaaaaaaaaaaaan..

Dimenangkan oleh Palak Lab musuh, senyumnyapun makin melebar, dengan sigap Palak Lab mengambil pisangnya (maksunya pisang didalam wadah) dengan cepat, kemudian langsung dicolokan kemata Sang Pangeran, Sang Pangeranpun mengerang kesakitan, ternyata pisang segar yang terpilih. Suara riuh penoton menelan rasa pedih Sang Pangeran.

Suit kedua kembali dilakukan, lagi lagi, Sang Pangeran harus menelan kekalahan. Para penonton dari pihak musuhpun semakin berteriak-teriak tidak karuan mengiringi jalannya permainan. 

Mata Sang Pangeran memerah seperti orang kesurupan (monyet bisa kesurupan nggak ya?). Colokan demi colokan harus diterima dengan jantan. Tanpa ampun Palak Lab melakukannya dengan kejam.

Bapak dan Ibu monyetpun menggelengkan kepala sebagai simbol rasa tidak percaya dan ini adalah tanda kekalahan akan tiba. 

Namun optimisme masih ditujukan oleh The Prince of Monkey, semua ini pasti akan berakhir dengan kemenangan.

Permainan sudah berjalan sekitar 1 jam, Ntah sudah berapa banyaknya colokan demi colokan mendarat ke mata Sang Pangeran.

Hingga tiba lah waktunya sang pangeran mendapatkan giliran, suara penonton mendadak sepi (seperti hati penulis cerita ini..hiks). bukan, tapi seperti suasana kuburan dimalam hari.

Senyum kedua orang tua Pangeran tampak mengembang, terutama dari sang ibu yang sedari tadi merasa gusar tak karuan.

Penuh dengan rasa dendam Sang Pangeran mengambil pisang dengan sangat cepat kemudian dicolokan, Palak Lab musuh menggelapar mengerang tidak karuan tampak darah berceceran di atas sasana rumput pertandingan.

Para penonton berlari kearah sasana pertandingan, menolong Palak Lab yang sudah sangat kesakitan. 

Sang Pangeranpun heran kenapa bisa terjadi seperti ini, rasa tidak percaya mulai menghampiri, kenapa bisa menang secepat ini.

Setelah berfikir sejenak, baru disadari bahwa yang dicolokan tadi bukanlah pisang melainkan sebuah ranting pohon yang amat tajam. Wajar saja jika Palak Lab menggelapar kesakitan.

Pertikain nyaris terjadi lagi, karna Palak Lab menganggap adanya konspirasi dan sabotase. Namun apa mau dikata, jika pertarungan dilanjutkan maka kemenangan tetap menjadi milik pihak Sang Pangeran.

Dengan terpaksa Palak Lab undur diri untuk menghindari korban berjatuhan. Dan palak lab harus merelakan sebagian teritori dikuasai serta hidup berdampingan untuk sementara waktu yang tidak dapat ditentukan.

Namun dendam tetaplah dendam “Gigi dibalas Gigi, Mata dibalas Mata”. Rencana mulai disiapkan, untuk mengusir Sang Pangeran dan Rombongan.


BUKAN CINTA MONYET BIASA II (RUSSIAN ROULETTE : THE GAME OF DEATH)

Setelah pertempuran terjadi antara 2 gank monyet, yang pada akhirnya solusi untuk menghindari korban berjatuhan adalah Russian Roulette.


Kedua pemimpin mengambil posisi, bersiap untuk bertarung mempertaruhkan harga diri. 

menggunakan senjata Revolver yang hanya diisi dengan satu peluru kemudian diputar lalu ditodong dan ditembakan kekepala pemain, jika beruntung maka akan selamat. Permainan ini sangat dekat dengan malaikat maut, jika tidak berutung maka kematian akan datang berkunjung.


Karna didunia monyet tidak ada senjata Revolver, maka mereka menggantinya dengan pisang. Iya, pisang yang biasanya dijadikan makanan kini pisang dapat dijadikan alat pembunuhan. Caranya bagaimana? Caranya adalah disiapkan pisang sebanyak-banyaknya, kemudian ¼ dari jumlah keseluruhan dijadikan lembek dengan cara diremas-remas namun tidak membuat kemasan jadi merusak. Kemudian pisang yang lemas dicampur dengan yang masih segar dan dimasukan kedalam sebuah wadah besar serta ditutupi dedaunan agar pisang tidak dapat dipandang oleh para pemain. 


Nah, cara bermainnya para pemain memasukan tangannya kedalam wadah yang telah disiapkan untuk mengambil pisang dengan cepat kemudian dicolokan kemata lawannya, siapa yang mampu bertahan dengan colokan tesebut maka dia adalah pemenangnya.


Permainan Russian Roulette ala coboy hutan azamon ini dapat menyebabkan iritasi pada mata dan mejadikan mata agak sedikit kabur. 

 Permainanpun dimulai dengan “Suit (gunting batu keras)” pemenangnya dapat memulai lebih dulu.
Sang Pageran monyetpun tampak bersamangat, tidak mau kalah Palak Lab musuhpun memberikan senyuman sinis yang ditaburi dengan kesombongan. Suit pertama dimulai, daaaaaaaaaaaaaan..

Dimenangkan oleh Palak Lab musuh, senyumnyapun makin melebar, dengan sigap Palak Lab mengambil pisangnya (maksunya pisang didalam wadah) dengan cepat, kemudian langsung dicolokan kemata Sang Pangeran, Sang Pangeranpun mengerang kesakitan, ternyata pisang segar yang terpilih. Suara riuh penoton menelan rasa pedih Sang Pangeran.

Suit kedua kembali dilakukan, lagi lagi, Sang Pangeran harus menelan kekalahan. Para penonton dari pihak musuhpun semakin berteriak-teriak tidak karuan mengiringi jalannya permainan. 

Mata Sang Pangeran memerah seperti orang kesurupan (monyet bisa kesurupan nggak ya?). Colokan demi colokan harus diterima dengan jantan. Tanpa ampun Palak Lab melakukannya dengan kejam.

Bapak dan Ibu monyetpun menggelengkan kepala sebagai simbol rasa tidak percaya dan ini adalah tanda kekalahan akan tiba. 

Namun optimisme masih ditujukan oleh The Prince of Monkey, semua ini pasti akan berakhir dengan kemenangan.

Permainan sudah berjalan sekitar 1 jam, Ntah sudah berapa banyaknya colokan demi colokan mendarat ke mata Sang Pangeran.

Hingga tiba lah waktunya sang pangeran mendapatkan giliran, suara penonton mendadak sepi (seperti hati penulis cerita ini..hiks). bukan, tapi seperti suasana kuburan dimalam hari.

Senyum kedua orang tua Pangeran tampak mengembang, terutama dari sang ibu yang sedari tadi merasa gusar tak karuan.

Penuh dengan rasa dendam Sang Pangeran mengambil pisang dengan sangat cepat kemudian dicolokan, Palak Lab musuh menggelapar mengerang tidak karuan tampak darah berceceran di atas sasana rumput pertandingan.

Para penonton berlari kearah sasana pertandingan, menolong Palak Lab yang sudah sangat kesakitan. 

Sang Pangeranpun heran kenapa bisa terjadi seperti ini, rasa tidak percaya mulai menghampiri, kenapa bisa menang secepat ini.

Setelah berfikir sejenak, baru disadari bahwa yang dicolokan tadi bukanlah pisang melainkan sebuah ranting pohon yang amat tajam. Wajar saja jika Palak Lab menggelapar kesakitan.

Pertikain nyaris terjadi lagi, karna Palak Lab menganggap adanya konspirasi dan sabotase. Namun apa mau dikata, jika pertarungan dilanjutkan maka kemenangan tetap menjadi milik pihak Sang Pangeran.

Dengan terpaksa Palak Lab undur diri untuk menghindari korban berjatuhan. Dan palak lab harus merelakan sebagian teritori dikuasai serta hidup berdampingan untuk sementara waktu yang tidak dapat ditentukan.

Namun dendam tetaplah dendam “Gigi dibalas Gigi, Mata dibalas Mata”. Rencana mulai disiapkan, untuk mengusir Sang Pangeran dan Rombongan.


Tidak ada komentar